Setiap Pertemuan Pasti Ada Perpisahan (tulisan ini terinspirasi dari cerita seseorang)
Oleh : Melisa Widia Putri
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Aku paham akan hal ini, tapi
bukanlah perpisahan yang seperti ini yang ku inginkan. Kita bertemu
secara baik-baik dan aku juga inginkan perpisahan secara baik-baik juga,
bukan perpisahan yang di landasi dengan amarah, dendam, dan kebencian.
Jika aku tau akhirnya akan seperti ini, aku lebih memilih untuk tidak
bertemu denganmu.
Pertemuan pertama begitu mengesankan, sehingga
menyisahkan rasa penasaran. Penasaran akan sosok dirimu, hatimu,
sikapmu. Keingintahuan yang besar mendorong aku untuk mengenalmu lebih
jauh, lebih dekat, dan lebih akrab lagi.
Tak banyak waktu yang kita
lalui untuk melakukan suatu keterikatan diantara kita. Karena apa?
Karena kita merasa bahwa kita sama-sama yakin akan perasaan kita
masing-masing. Kita merasa bahwa hati kita sudah memilih. Kita merasa
bahwa kita mampu untuk saling menutupi kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Kita merasa bahwa kita sanggup untuk menerima pasangan
kita apa adanya.
Tapi, setelah kita melakukan perjalanan, dengan
gamblang kamu katakana bahwa kita sudah tidak bisa untuk bersama lagi,
kita sudah tidak bisa untuk saling melengkapi lagi. Mengapa kamu begitu
mudahnya untuk mengakhiri semua setelah melewati perjalanan yang cukup
jauh.
Memang kita memiliki perbedaan yang cukup signifikan, tapi
bukankah dengan perbedaan tersebut seharusnya kita bisa menjadi satu,
saling melengkapi satu sama lain, saling menerima kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Bukannya malah membuat hubungan yang baru saja
dimulai, menjadi renggang dan berujung dengan perpisahan.
Dan
sekarang, setelah semuanya berakhir tanpa berujung, hanya satu hal yang
ku yakini untuk meyakinkan hati ini. Mungkin cinta kita memang tak harus
memilki. Cinta ini ada dan tumbuh semakin dalam rasanya. Hati yang
masih memilihmu membuatku gundah disaat sepi, membuat ku sedih saat
terbayang wajahmu. Ingin rasanya ku menemuimu segera, tapi tak tau harus
menemuimu kemana?. Sudah lama tak ada kabar darimu, sehingga aku tak
tau keberadaanmu di muka bumi ini, di utarakah, di selatankah, di
timurkah, atau dibaratkah. Tapi yang pasti, yang aku tau kamu hanya ada
di hatiku. Entah sampai kapan akan memendan rasa ini. Tersiksa sekali
rasanya batin ini setiap memikirkanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar